Dalam promonya di sini, Eyes ditekankan sebagai buah karya dari orang yang sama dengan yang bikin cerita film horor Jepang ikonik, The Ring. Well, keduanya memang adaptasi dari novel (untuk Eyes dari cerita pendek) karangan Koji Suzuki, tapi ya bakal keliru kalau menganggap Eyes disiapkan untuk mengikuti The Ring, baik dari skala penggarapan maupun keseramannya. Film ini hampir nggak ada kesamaan sama The Ring, tapi sebenarnya kalau mau dicoba boleh juga.
Seperti biasa, sulit untuk mengungkapkan cerita film ini tanpa spoiler, namanya juga horor. Yang mungkin bisa gw ungkap adalah filmnya tentang seorang anak siswi sekolahan yang sesekali melihat sosok arwah wanita di apartemennya, sampai suatu hari di papan nama keluarga di pintu apartemennya dicoret huruf-huruf misterius. Sejak itu, si siswi ini makin sering lihat sosok arwah itu, dan di saat bersamaan ibunya makin sering uring-uringan sampai akhirnya sang ayah minggat dari rumah. Misteri dan tanda tanya sana sini, pokoknya benang merahnya apakah penampakan arwah dan coretan itu ada hubungannya dengan retaknya kehidupan keluarga si siswi ini.
Film Eyes ini gw lihat seperti sangat "indie" dengan segala kesederhanaannya, termasuk deretan pemain yang aktingnya seadanya =P. Segala klise ala horor Jepang pun masih bertaburan di mana-mana, mulai dari jalan pelan-pelan setiap ingin ngecek ada setan atau nggak =.=, sampai revelation berupa flashback. Juga kelihatan bahwa pembuat film sengaja "menyembunyikan sesuatu" supaya filmnya tetap misterius sampai pada pengungkapan di akhir biar berasa twist gitu. Basi lah. Tapi, harus gw akui penataan adegan horornya masih punya taji, walaupun jumlahnya nggak banyak. Katanya membuat horor yang bagus adalah bukan menunjukkan penampakan, tapi bagaimana membangun antisipasi terhadap penampakan itu, dan Eyes bolehlah kalau soal itu.
Ditambah lagi, gw melihat bahwa cerita film ini punya unsur-unsur yang sebenarnya bagus. Meski masih pake setan-setanan sebagai gimmick-nya, cerita Eyes memuat tentang permasalahan keluarga dengan cukup dalam, dan kaitan dengan kisah horornya pun nggak maksa. Again, nggak bisa bahas lebih jauh karena takut spoiler, pokoknya begitulah, semacam mempertanyakan ulang apa itu 'horor'. Cuma ya itu baru bisa dilihat pas filmnya udah mau selesai, ketika gw udah agak lelah sama berbagai keklisean horor selama sekitar satu jam sebelumnya. Mungkin nggak groundbreaking atau mengejutkan gimana, tapi unsur tersebut ditampilkan cukup kuat dan sedikit menyelamatkan film ini secara keseluruhan di, err, mata gw.
imdb:tt4502456